BeritaKSPK

Kader BKR Harus Bisa Kenali Masalah dan Ancaman Remaja Saat ini

Semarang – Era teknologi informasi saat ini, berpotensi besar memunculkan permasalahan bagi remaja jika tidak dikelola dengan baik dan benar.

Masa remaja sebagai tahapan transisi dari periode anak menuju dewasa dengan ditandai proses pencarian jati diri yang mengakibatkan terjadinya pergolakan hati dan cenderung fluktuatif.

Oleh karenanya, dibutuhkan orang-orang di lingkungan terdekat yang mampu mengenali permasalahan sekaligus menjadi solusi bagi remaja.

Kader BKR Harus Bisa Kenali Masalah dan Ancaman Remaja Saat ini
Kader BKR Harus Bisa Kenali Masalah dan Ancaman Remaja Saat ini

Merespon isu-isu tersebut, Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah menggelar kegiatan “Orientasi Kader Bina Keluarga Remaja (BKR)” di Hotel Grand Candi Semarang selama 2 hari ini (6/10).

Kader BKR Harus Bisa Kenali Masalah dan Ancaman Remaja Saat iniBKR sebagai kelompok kegiatan milik BKKBN yang berisikan peserta KB yang mempunyai anggota keluarga remaja, menjadi salah satu wadah untuk saling berbagi pemahaman yang benar tentang bagaimana mengatasi problematika remaja.

Oleh karenanya, sangat penting peran para kader pengelola BKR untuk memiliki wawasan yang luas mengenai remaja, problematika dan solusinya.

“Remaja itu baperan, jadi orang-orang di sekitarnya harus mampu mengelolanya dengan baik”, jelas Martin Suanta, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah saat membuka acara tersebut.

Untuk dapat mengelolanya dengan baik, menurutnya, pertama kali yang harus dilakukan oleh orang-orang di lingkungan terdekatnya adalah mengenali dan mengidentifikasi masalah yang terjadi dan ancaman yang akan muncul pada remaja. Problematika yang umum muncul pada remaja salah satunya seputar kesehatan reproduksi dan seksualitas.

Kader BKR Harus Bisa Kenali Masalah dan Ancaman Remaja Saat ini

“Kebanyakan para orangtua itu jarang membahas masalah seksualitas dan pubertas (kesehatan reproduksi)”, tegas Elisabeth Widyastuti, Direktur PKBI Jawa Tengah.

Menurutnya, masih banyak orangtua yang menganggap sungkan berbicara seksualitas kepada anak-anaknya.  Mereka hanya berbicara sebatas pubertas (mimpi basah dan menstruasi), itupun karena terkait dengan konsekuensi yang muncul sebagai orang beragama.

“Hal ini sesuai dengan penelitian kami, bahwa informasi terbesar mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi yang didapatkan remaja berasal dari guru/ sekolah”, ujar Lisa, sapaannya.

Penelitian kualitatif tersebut bekerjasama dengan UGM dan UI dilakukan di beberapa SMP di Kota Semarang dengan responden siswa dan orangtuanya selama kurun sebelum pandemi.

Kader BKR Harus Bisa Kenali Masalah dan Ancaman Remaja Saat ini

Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa diantara alasan yang menyebabkan orangtua jarang membahas kespro dan seksualitas dengan anak remajanya adalah belum memiliki pengetahuan yang cukup, belum menemukan cara penyampaian yang tepat (bahasa yang digunakan) sehingga takut anak terstimulus terhadap hal yang tidak diinginkan.

Sebenarnya, ia menjelaskan bahwa masih banyak topik-topik ringan seputar seksualitas yang dapat dibicarakan orangtua kepada anak remaja seperti cara berpakaian, perubahan fisik yang terjadi, cara bergaul dengan lawan jenis. Topik tersebut tentu bukan topik yang tabu bagi semuanya dan jarang dibicarakan.

Selain itu, remaja juga dihadapkan pada ancaman besar sebagai akibat intensitas pergaulan yang tinggi baik di dunia nyata dan dunia maya. Ancaman tersebut adalah narkoba dan pornografi.

“Narkoba dan narkolema (narkoba lewat mata atau pornografi) merupakan momok besar bagi generasi remaja, efek yang diakibatkan sangat berbahaya terhadap otak”, ucap Jamaludin Ma’ruf dari BNN Provinsi Jawa Tengah.

Menurutnya, berdasarkan penelitian efek kerusakan pada otak akibat keduanya sangat berbahaya melebihi kerusakan yang diakibatkan karena benturan keras atau kecelakaan.

PFC (Pre Frontal Cortex) merupakan bagian otak yang diserang oleh narkoba dan pornografi. PFC ini adalah pemimpin dalam otak, bertanggungjawab untuk berkonsentrasi, memahami salah dan benar, berpikir kritis, mengendalikan diri, menunda kepuasan dan merencanakan masa depan serta pusat pertimbangan dan pengambilan keputusan.

“Sekali terkena keduanya, jika tidak segera ditangani dengan benar, maka seumur hidup akan kecanduan dan rusak sudah otaknya, berdampak pada kepribadiannya” tegasnya.

Oleh karena itu, pengasuhan dan pembimbingan dari orang-orang dan lingkungan terdekat dengan tepat menjadi jurus jitu melindungi remaja.

“Listen first, dahulukan mendengar wahai para orangtua”, pungkas Dadi Aryanto, Praktisi Parenting dan Ketua HIMPAUDI Jawa Tengah.

Mendengar jelasnya, selain sebagai cara  memahami remaja, juga untuk membangun emotional bonding atau keterikatan batin antar orangtua dan anak. Selain itu, orangtua juga diminta untuk sejenak menghentikan aktifitas dan rutinitasnya untuk sekedar melihat dan memperhatikan anak remajanya beraktifitas.

Para kader BKR dalam kegiatan ini juga diajak berdiskusi dan membuat materi mengenai isu remaja terkini yang bisa disajikan ketika kegiatan BKR berjalan. [AFDA]

Penyunting

BKKBN PROVINSI JAWA TENGAH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *