BKKBN dan DP3AP2KB Jawa Tengah berikan apresiasi dan penghargaan kepada Kampung KB Terbaik
Ustadzi, Kepala Desa Putat Kabupaten Grobogan menerima penghargaan dan hadiah sebagai Kampung KB Terbaik I Tingkat Provinsi Jawa Tengah yang diserahkan langsung oleh Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah, drg. Widwiono, M.Kes, Rabu (13/7). Foto : AFDA – Advokasi & KIE
Semarang – Beberapa waktu yang lalu, Perwakilan BKKBN Jawa Tengah bekerjasama dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan KB (P2AP2KB) Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan Lomba Kampung Keluarga Berkualitas Tingkat Provinsi dalam rangka memperingati Hari Keluarga Nasional.
Hasilnya, didapatkan sebanyak enam Kampung Keluarga Berkualitas (KB) Terbaik Tingkat Provinsi menurut penilaian tim juri baik secara administratif maupun bukti kunjungan lapangan. Adapun keenam Kampung KB Terbaik tersebut diantaranya Kampung KB Bahagia Desa Putat Kabupaten Grobogan (Terbaik I), Kampung KB Utama Mandiri Desa Jenggot Kota Pekalongan (Terbaik II), Kampung KB Mantap Desa Langenharjo Kabupaten Pati (Terbaik III), Kampung KB Delik Jragung Desa Jragung Kabupaten Demak (Terbaik IV), Kampung KB Randu Agung Kabupaten Batang (Terbaik V), Kampung KB Bina Sejahtera Kabupaten Semarang (Terbaik VI).
Rabu pagi (13/7), keenam pemenang Kampung KB yang diwakili oleh Kepala Desa dan Ketua Pokja Kampung KB diundang ke Kota Semarang, tepatnya di Kantor Perwakilan BKKBN Jawa Tengah untuk menerima apresiasi dan penghargaan yang diserahkan langsung oleh Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah, drg. Widwiono, M.Kes dan disaksikan secara virtual oleh para pengelola program Bangga Kencana se – Jawa Tengah.
Kaper dalam sambutannya mengapresiasi dan berterimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam Kampung KB atas kerjasama dan bantuannya dalam menggelorakan program Bangga Kencana melalui Kampung KB. Tak ketinggalan, ia juga menitipkan pesan agar program – program yang dijalankan di Kampung KB harus berkaitan juga dengan percepatan penurunan stunting.
“Saya yakin (pemenang lomba) Kampung KB ini lebih dari yang lain, baik dari pengurusnya, kegiatan dan programnya, sehingga saya titip juga persoalan penanganan stunting kepada kades dan lurah sebagai pembina Kampung KB”, ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa intervensi penanganan stunting ini difokuskan kepada 3 kelompok sasaran, yaitu calon pengantin, ibu hamil dan bayi usia dibawah 2 tahun. Lebih lanjut, pada sasaran calon pengantin ia menjelaskan jika intervensi yang bisa dilakukan adalah memastikan bahwa usia pernikahan harus sesuai dengan ketentuan undang – undang (19 tahun ke atas) dan sudah dilakukan pemeriksaan kesehatan seperti pengukuran antropometeri (tinggi dan berat badan, ukuran lingkar lengan atas/LiLA), pemeriksaan darah (haemoglobin/Hb, tekanan dan golongan darah). Sedangkan bagi sasaran ibu hamil akan dilakukan pemantauan intensif seperti pengecekan Hb, LiLA dan besar janin.
Ketua Tim Juri, Woro Budi Syekti, S.Sos, M.Si juga menitipkan hal yang senada dengan Kaper saat memberikan ulasan masing – masing Kampung KB.
“Para pemenang lomba harus memiliki tanggungjawab moral untuk ikut juga menyelenggarakan program percepatan penurunan stunting, mengingat ini program prioritas”, ujarnya yang juga menjabat Analis Kebijakan Madya di Biro Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah.
Pada kesempatan itu, Sukari, Ketua Pokja Kampung KB Bahagia Desa Putat Kabupaten Grobogan diminta untuk berbagi pengalaman dalam mengelola Kampung KB sehingga mampu menjadi terbaik.
“Banyak yang tanya ke saya, yang bikin Desa Putat menang itu apa? Ya saya jawab, Putat itu apa adanya”, pungkasnya.
Ia bercerita bahwa desanya memiliki kondisi geografis yang tidak menguntungkan, diantaranya sering terdampak banjir karena berada di dekat sungai, kondisi kontur tanah yang tidak bagus untuk bercocok tanam. Namun menurutnya, hal tersebut menjadikan warga masyarakat terus berpikir sehingga banyak melahirkan ide – ide kreatif yang bermanfaat bagi masyarakat desanya.
Terkait dengan pembentukan Kampung KB di desanya, ia menuturkan bahwa pada awalnya tahun 2016 saat dicanangkan sebagai Kampung KB banyak kendala yang dihadapi, utamanya adalah sumber daya manusianya. Namun seiring berjalannya waktu, berkat komitmen kepala desa sebagai pemangku wilayah maka sedikit demi sedikit kendala dapat tertangani dan pelaksanaan program di Kampung KB mulai berjalan.
“Tahun 2019, pak kades menganggarkan di APBDes-nya untuk Kampung KB sebesar seratus juta lebih, beliau sangat jor – joran karena melihat Kampung KB ini potensial untuk membangun desa”, ujarnya.
Alokasi anggaran yang besar tersebut menurutnya mendapat banyak tentangan dari berbagai tokoh masyarakat desa namun kepala desa tetap teguh keyakinannya untuk terus mengembangkan Kampung KB di desanya.
“Masyarakat baru sadar beberapa tahun setelahnya dengan perkembangan desa yang menjadi lebih baik dan bagus baik secara SDM maupun infrastruktur”, jelasnya. AFDA