AdpinBerita

Kepala BKKBN Puji Bupati Demak Terkait Penurunan Stunting di Wilayahnya

Demak – Rabu siang (8/3), Kepala BKKBN, DR (HC). dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) berkunjung ke Kabupaten Demak untuk mengikuti rapat Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang dipimpin langsung oleh Bupati Demak, dr. Hj. Eisti’anah, SE di Gedung Gradhika Bina Praja Kabupaten Demak dan diikuti oleh jajaran Forkompimda, Kepala OPD, Camat dan lintas sektor terkait se – Kabupaten Demak. Kunjungan tersebut ia maksudkan untuk melihat secara langsung gambaran penanganan stunting yang dilakukan oleh pemerintah daerah sekaligus juga mendapatkan input berupa upaya – upaya inovatif dan efektif dalam penanganan stunting yang kemudian dapat diangkat dan ditularkan di daerah lain. 

Dalam rapat tersebut, Hasto memuji dan mengapreasi penurunan stunting di Kabupaten Demak yang cukup signifikan berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 yang lalu.

“Saya dulu tidak optimis (penurunan stunting) dengan Demak karena angkanya tinggi 25 persen, tapi ternyata tahun 2022 turunnya begitu besar menjadi 16 persen. Ini yang membuat saya jadi optimis tahun ini bisa turun di angka 14 persen dan tahun 2024 bisa mendekati angka 10 persen”, ucapnya.

Perlu diketahui juga, menurut hasil SSGI dari tahun ke tahun, Kabupaten Demak mengalami tren penurunan prevalensi stunting, dimulai dari 35,76 pada tahun 2019 lalu turun menjadi 27,8 di tahun 2020 kemudian menurun lagi pada tahun 2021 menjadi 25,5 dan di tahun 2022 menjadi 16,2.

Kepala BKKBN, DR (HC). dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) saat memberikan arahan dalam Rapat Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Demak didampingi Bupati Demak, dr. Hj. Esti’anah, SE dan Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah, drg. Widwiono, M.Kes di Kantor Bupati Demak, Rabu (8/3). Foto : AFDA – AKIE

Menurutnya, permasalahan stunting ini bisa dicegah sejak dari hulunya, yaitu mempersiapkan sebaik dan sesehat mungkin generasi mudanya.  Terlebih lagi saat ini Indonesia sedang memasuki periode bonus demografi dan berkeinginan pula untuk memperpanjang periode tersebut hingga tahun 2045. Oleh karenanya, ia menuturkan bahwa fokus garapan pemerintah saat ini adalah para remaja dan generasi muda.

Jangan ada pernikahan usia anak, atau jangan kawin muda”, tegas dokter spesialis kandungan itu.

Ia menjelaskan bahwa menikah di usia yang terlalu muda kemudian hamil maka akan sangat beresiko terhadap kesehatan ibu dan bayi yang ada di kandungannya. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa secara keilmuan wanita yang berusia dibawah 20 tahun memiliki lebar panggul kurang dari 10 centimeter sedangkan kepala bayi normal yang siap lahir memiliki diameter sebesar 9,8 sampai 10 centimeter sehingga bagi wanita yang hamil di usia kurang dari 20 tahun besar kemungkinan akan mengalami kesulitan saat proses kelahiran dan berakibat tidak baik terhadap keselamatan keduanya.   

Kepada salah satu anggota TPPS yang hadir, tepatnya perwakilan dari Kementerian Agama Kabupaten Demak, ia menitipkan pesan sekaligus meminta bantuan kepada para penyuluh agama agar mengingatkan para calon pengantin untuk melakukan menjaga kesehatannya selama 3 bulan sebelum pernikahan dan melakukan pemeriksaan kesehatan jelang pernikahan.

“Mari kita geser konsep pre-wedding  menjadi pre-konsepsi”, ujarnya.

Yang ia maksud dengan pernyataan itu adalah mempersiapkan kesehatan bagi calon pengantin itu lebih penting dari sekedar melakukan pre-wedding. Terlebih, mengkonsumsi tablet tambah darah dan asam folat sebagai salah satu upaya menjaga kesehatan bagi calon pengantin itu diberikan secara cuma – cuma oleh pemerintah.   

Tak lupa, ia pun juga memuji inovasi CME (Cengkraman Mata Elang) yang diinisiasi Bupati dalam menurunkan angka stunting di Kabupaten Demak. Inovasi yang bersifat pemberdayaan masyarakat ini menurutnya sejalan dengan program yang dimilik       i pemerintah provinsi Jawa Tengah, yaitu Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng. Menurutnya, harmonisasi program antar level pemerintahan akan memudahkan dalam pencapaian target dan penyelesaian suatu permasalahan.

Adapun inovasi CME (Cengkraman Mata Elang) yang dilaksanakan pemerintah kabupaten Demak ini bertujuan untuk mengurangi jumlah kematian ibu dan anak serta kejadian stunting. Inovasi ini menekankan kepada sinergitas pemerintah desa, masyarakat serta tenaga kesehatan melalui upaya pemberdayaan masyarakat yang terstruktur dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di tiap desa. Inovasi tersebut pun mendapatkan penghargaan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika pada tahun 2021 kategori Dimensi Smart Society.

Hasto pun juga mengingatkan kepada seluruh hadirin di akhir sambutannya bahwa kendala utama dalam penanganan stunting adalah terkait habitual atau kebiasaan dan perilaku masyarakat. Ia mencontohkan perilaku atau kebiasaan konsumsi masyarakat yang menjadikan karbohidrat sebagai menu utama dalam makanan harian tanpa memperhatikan zat gizi lainnya, utamanya protein. 

Bupati Demak, dr. Hj. Eisti’anah, SE menjelaskan juga bahwa dirinya beserta jajaran sangat serius menangani persoalan stunting ini dengan menentukan lokus penggarapan di 6 kecamatan dan 22 desa yang banyak terdapat kasus stuntingnya. 

Bupati Demak, dr. Hj. Esti’anah, SE menerima cinderamata dari Kepala BKKBN, DR (HC). dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) usai acara rapat TPPS, Rabu (8/3). Foto AFDA – AKIE

“Kalau diamati secara geografis, lokus stunting yang kita tetapkan ini berada di daerah yang kerap terdampak banjir dan sanitasi menjadi persoalan dan pe-er kami”, ungkap wanita yang juga berprofesi sebagai dokter ini.

Menurutnya, intervensi spesifik dalam penanganan stunting tidak boleh hanya fokus kepada pemberian asupan gizi saja melainkan juga harus memperhatikan berbagai sisi, salah satunya sanitasi lingkungan.

“Kita tahu Demak itu terkenal denga sungai yang mengalir di sepanjang pantura sebagai tempat buang air besar, tapi sekarang dengan usaha yang begitu lama akhirnya tahun 2022 kemarin Demak dinyatakan ODF (Open Defecation Free)”, terangnya.

Status tersebut menurutnya merupakan bagian dari upaya pemerintah daerah untuk menanggulangi stunting. Tak lupa, ia pun turut menyinggung soal ketepatan dan validitas data seputar stunting yang harus benar – benar dipastikan keakuratannya agar intervensi yang dilakukan bisa tepat sasaran.  Pada rapat tersebut, juga turut dihadiri pejabat penting lainnya diantaranya Deputi KB – KR BKKBN, dr. Eni Gustina, MPH, Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah, drg. Widwiono, M.Kes dan Sekretaris Daerah Kabupaten Demak, Akhmad Sugiharto. AFDA

Penyunting

BKKBN PROVINSI JAWA TENGAH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *