AdpinBerita

Kepala BKKBN Sampaikan Langsung Materi Orientasi di Hadapan Ratusan Anggota TPK di Kota Semarang

Semarang — Bertempat di aula “Bergerak Bersama” Kantor Kecamatan Gajahmungkur, hari ini (9/3) dilaksanakan Orientasi bagi Tim Pendamping Keluarga (TPK) dari Kecamatan Gajahmungkur dan Kecamatan Candisari, Kota Semarang. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr.(HC). dr. Hasto Wardoyo, SP.OG.(K) yang akan menyampaikan materi orientasi secara langsung, disambut oleh Walikota Semarang Ir. Hj. Hevearita Gunaryanti Rahayu, M.Sos. dan Camat Gajahmungkur Ade Bhakti Ariawan, SH., MAP.

Mengawali kegiatan dengan menyampaikan pembukaan sekaligus laporan penyelenggara, Walikota Semarang yang akrab disapa Mbak Ita, menyatakan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Kepala BKKBN yang berkenan menyemangati TPK peserta orientasi hari ini dengan memaparkan materi secara langsung. Lebih lanjut Mbak Ita menyampaikan bahwa selama periode 2-21 Maret 2023 akan diadakan pelatihan TPK yang seluruh pembiayaannya berasal dari BKKBN. Secara keseluruhan peserta pelatihan berjumlah 3.822 orang yang terdiri dari unsur bidan, unsur TP PKK dan unsur kader KB.

“Kerja keras dari teman – teman semua, seluruh stake holder juga, telah mendapatkan apresiasi dari Pak Hasto. Kota Semarang mencapai 10,9 persen penurunan stunting adalah wujud dari bergerak bersama.”, imbuh Ita. “Kota Semarang sudah memiliki Kebun Gizi dan Rumah Pelangi Nusantara untuk penanganan stunting. Dengan support Kepala BKKBN, Menteri PPPA meresmikan Rumah Pelita untuk anak – anak stunting dan baduta. Di Kelurahan Podorejo, Kecamatan Gunungpati telah diresmikan rumah Pelita kedua dan lokasi – lokasi selanjutnya akan menyusul. Moga – moga di Kota Semarang angka stunting turun menjadi nol persen dengan inovasi – inovasi terbaru.”, tutur penulis Buku Resep Masakan Baduta dan Ibu Hamil Untuk Generasi Emas Indonesia tersebut.

Walikota Semarang, Ir. Hj. Hevearita Gunaryanti Rahayu, M.Sos ketika mendampingi Kepala BKKBN dalam acara “Orientasi Tim Pendamping Keluarga” di Aula Kantor Kecamatan Banyumanik Kota Semarang, Kamis (9/3). Foto : AFDA – AKIE

Mbak Ita menambahkan bahwa, awalnya di Kecamatan Gajahmungkur terdapat 60 kasus anak stunting namun saat ini jumlah tersebut telah turun menjadi 40 kasus. Penanganan stunting menurut Mbak Ita (dilakukan) dari hulu ke hilir, dan tidak dimulai sejak bayi lahir. Pemerintah Kota Semarang dalam hal ini Dinas Kesehatan selanjutnya akan melakukan pemberian gizi kepada anak – anak SMP, sebagai wujud upaya pencegahan stunting yang dimulai sedini mungkin.

Pada sesi paparan Kepala BKKBN mendaraskan beberapa hal pokok dalam upaya percepatan penurunan stunting. Beliau menanyakan tiga penyebab stunting yang disambut dengan jawaban riuh dari peserta orientasi. “Jadi penyebab stunting, kurang gizi, kurang sehat, dan kurang apalagi, sinten sing ngertos (siapa yang tahu)?”. Kepala BKKBN menyetujui jawaban salah satu peserta yang menjawab kurang kasih sayang atau kurang perhatian. “Njih seratus! Tepatnya kurang perhatian. Parenting-nya kurang baik.”, sambut pria kelahiran 1964 ini dengan senyum khasnya.

Hasto meminta 156 orang hadirin yang tergabung dalam TPK untuk memahami bahwa ikan lele lebih baik dari daging sapi. “Lele niku protein tinggi. Lele niku pun murah tur gampang tur bergizi (Lele itu sudah mutrah juga mudah dan bergizi).” Yang membuat lele lebih bagus dari daging sapi adalah karena ikan lele mengandung DHA dan Omega 3 yang mencerdaskan otak bayi. Selain lele, ikan asin atau gereh juga tidak bisa dipandang sepele karena mengandung kalsium yang diperlukan ibu hamil.

Kepala BKKBN, DR (HC). dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) saat menyapa para kader Tim Pendamping Keluarga (TPK) se – Kecamatan Banyumanik Kota Semarang, Kamis (9/3). Foto : AFDA – AKIE

Selain lele, Kepala BKKBN juga mengingatkan akan khasiat daun Kelor. “Daun Kelor meniko sae sanget (daun Kelor itu sangat baik), karena mengandung protein – protein yg menyerupai protein hewani. Cara memasaknya dengan membuang batangnya, hanya daunnya saja (yang diolah). Daun kelor dibandingkan tomat dan wortel lebih tinggi kandungan kalsiumnya.”. Menurut Hasto, protein tinggi akan mencegah tiga dampak stunting yaitu pendek, tidak cerdas dan mudah sakit.

Untuk bayi yang sudah lahir, tidak boleh terlewat imunisasi wajib. Imunisasi lengkap didukung dengan lingkungan bersih akan menghindarkan dari bayi yang sakit – sakitan terutama diare. “Jika anak sering diare, berat badan tidak naik, tiga bulan berat tidak naik, tinggi badan tidak bertambah. Anak terindikasi stunting.”, imbuh Pak Hasto lagi. “Yang mau nikah harus sehat, yang mau hamil dan melahirkan harus sehat. Mau nikah syaratnya lingkar lengan atas minimal 23,5cm, HB 12 ke atas, jika kurang berarti anemia. Jika setelah diperiksa kurang boleh nikah, tapi jangan hamil dulu. Jika hamil anaknya berpotensi stunting.”, tutupnya sebelum melanjutkan dengan sesi foto bersama. Kegiatan Orientasi Tim Pendamping Keluarga di Kota Semarang turut dihadiri Direktur Bina Kualitas Pelayanan Keluarga Berencana BKKBN Martin Suanta, SE, M.Si, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Semarang dr. Lilik Faridah, MM, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah drg. Widwiono, MKes, dan Ketua Tim Kerja KBKR Perwakilan BKKBN Jawa Tengah Agoes Poedjianto, SH, M.Kes. BP

Penyunting

BKKBN PROVINSI JAWA TENGAH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *